Beban generasi muda Brazil pada turnamen ini jauh lebih besar dibanding tim besar lainnya.
Berkaca pada masa lalu dimana Brazil telah banyak makan asam garam pada turnamen sejenis. Namun kali ini beban mereka otomatis bertambah berat tatkala didaulat menjadi tuan rumah turnamen ini.
Hasil undian grup membawa Brasil tergabung dalam Grup A. Bersama runner-up
Piala Eropa, Italia, juara Piala Emas, Meksiko, serta kampiun Piala
Asia, Jepang, Tim Samba harus berjuang keras demi merebut satu dari dua
tiket menuju ke semifinal. Ujian pertama datang dari tim terbaik Asia, Sang Samurai Biru.
Mudah diatas kertas, namun data di lapangan berkata sebaliknya. Brazil hanya menang dua kali dalam sembilan pertandingan terakhir.Ditambah beban utama bahwa mereka wajib menghidangkan sajian indah di hadapan publik sendiri.
Semua analisa dimentahkan mereka. Baru tiga menit partai pembuka Piala Konfederasi
ini berlangsung, bintang anyar Barcelona, Neymar, langsung memukau para
hadirin di stadion maupun di rumah lewat sepakan voli dari luar kotak
penalti. Di babak kedua, Paulinho menambah keunggulan Brasil sebelum Jo
melengkapi dengan sebuah torehan di penghujung laga.
Jadwal berikutnya mempertemukan Neymar dkk. dengan Meksiko. Si artis youtube ini kembali mencuri perhatian ketika pertandingan belum
genap berjalan selama sepuluh menit.
Pada menit ke-9, tendangan volinya kembali menghiasi perjalanan
Brasil sebelum memberi assist kepada Jo jelang berakhirnya pertandingan
untuk menyegel kemenangan 2-0. Bagi Neymar, gol tersebut menjadi gol
ke-22 dari 25 laga bersama tim nasional. Di usia 21 tahun, ia sudah
menyamai total ceplosan dua legenda: Jair dan Socrates.
Hadangan paling berat di Grup A lantas menghampiri di jadwal terakhir.
Ya, Italia. Prestise partai ini sama sekali tak berubah walau kedua tim
sudah dipastikan sama-sama melaju ke babak empat besar. Terbukti,
pertandingan berjalan dengan sangat seru dan dilengkapi momen
kontroversial. Gol tunggal Dante Bonfim di akhir babak pertama ternyata
menjadi awal drama seru hingga duel selesai.
Emanuele Giaccherini langsung membawa Squadra Azzurra menyamakan
kedudukan pada menit ke-51. Namun empat menit kemudian, lagi-lagi,
Neymar kembali beraksi. Gianluigi Buffon dibuat tak berdaya lewat
eksekusi tendangan bebas. Fred kemudian membuat Italia kian tertinggal
23 menit sebelum waktu normal usai.
Wasit asal Uzbekistan, Ravshan Irmatov, kemudian membuat Gli Azzurri
sukses memperkecil ketertinggalan. Saat Mario Balotelli dijatuhkan oleh
Marcelo di kotak penalti, Irmatov sudah meniup peluit tanda pelanggaran.
Namun ia membiarkan Giorgio Chiellini mencetak gol dan mengesahkannya.
Beruntung Fred memastikan posisi puncak menjadi milik Brasil berkat gol
keduanya pada menit ke-88.
Di babak semifinal, Brasil bertemu salah satu rival abadinya, Uruguay.
Komentar-komentar pedas pun kental terasa sebelum pertandingan
berlangsung. Di saat Julio Cesar menyebut sejarah persaingan antara
kedua negara lebih panas dari Brasil-Argentina, Diego Lugano justru
menuduh Neymar sebagai tukang diving yang mencoba membodohi pengadil lapangan hijau.
Ketika kedua kubu adu kuat di Estadio Mineirao, kapten La Celeste
tersebut nyaris memberi keunggulan bagi timnya. Wasit menunjuk titik
putih setelah Lugano dijatuhkan oleh David Luiz di kotak penalti.
Sayang, Diego Forlan gagal menjalankan tugas dengan baik. Pada
akhirnya, Brasil-lah yang unggul lebih dulu berkat upaya Fred di menit
ke-42.
Usai jeda babak pertama, lini belakang Brasil melakukan kesalahan
fatal. Sang kapten, Thiago Silva, mengumpan bola kepada Edinson Cavani
di area penalti sendiri. Tanpa ragu, bomber Napoli tersebut membungkam
para pendukung Canarinho dengan golnya. Namun Brasil tetap melaju ke
final setelah umpan Neymar mampu disundul Paulinho untuk mengakhiri
pertandingan dengan skor 2-1.
0 komentar:
Posting Komentar